Minggu, 14 November 2010

BRONKITIS

Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Bronkitis
PENYEBAB
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
  • Sinusitis kronis
  • Bronkiektasis
  • Alergi
  • Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
  • Berbagai jenis debu
  • Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin
  • Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
  • Tembakau dan rokok lainnya.
GEJALA
Gejalanya berupa:
  • batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
  • sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
  • sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
  • bengek
  • lelah
  • pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
  • wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
  • pipi tampak kemerahan
  • sakit kepala
  • gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.
Bisa terjadi pneumonia.
DIAGNOSA
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir.
Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
  • Tes fungsi paru-paru
  • Gas darah arteri
  • Rontgen dada.
PENGOBATAN
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan acetaminophen.
Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae.
Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.
Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.

Minggu, 24 Oktober 2010

sayang

Amo la mia famiglia,,,, ma ho anche ti amo davvero,,, perché sarete uomo migliore

Sabtu, 23 Oktober 2010

karakter istri solihah dalam al - qur'an

Artikel singkat ini menyajikan beberapa karakter perempuan sholihah yang diungkapkan beberapa ayat al-Quran. Pengungkapan ayat-ayat ini dikaitkan dengan upaya pembangunan keluarga yang diliputi suasana tentram, cinta kasih dan sayang atau keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah (samara) sebagaimana diungkapkan pada ayat:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)
Ayat-ayat yang digunakan sebagian terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai istri. Sebagian ayat lain tidak terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai istri, akan tetapi bila kita telusuri lebih jauh, ayat-ayat ini berkaitan secara tidak langsung dengan posisi istri, semisal pengungkapan ayat-ayat terkait kisah Ratu Bilqis pada surat an-Naml atau ayat-ayat yang menggambarkan sifat para bidadari di surga. Insya Allah ayat-ayat ini akan diungkapkan dalam kerangka mengungkapkan karakter istri sholihah.
Untuk memudahkan pengkajian, penulis mengelompokkan ayat-ayat untuk menggambarkan karakter istri sholihah dalam tiga profil, yaitu:
Profil Kekasih
Profil Ibu
Profil Sahabat
1. Profil Kekasih
1.1. Taat kepada Allah
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS. 66:5)
Menurut Muhammad Qutb, secara khusus ayat di atas merupakan pembelajaran bagi istri-istri Nabi, tentang makna kemuliaan sebagai istri di hadapan Allah swt. Akan tetapi orang beriman mendapatkan limpahan kerunia karena dapat mengambil pelajaran berharga dari pengajaran Allah ini.
Seorang perempuan sholihah itu pertama kali disifati dengan karakter ketaatannya kepada Allah swt. Mengapa kita menempatkan ketaatan kepada Allah ini sebagai karakter utama seorang kekasih? Jawabannya karena sebagai kekasih seorang itu mesti memelihara kecantikannya. Dan kecantikan hakiki seorang perempuan itu adalah pada ketaatan kepada Allah swt. Ini adalah puncak kecantikan batin, sebagaimana digambarkan Ibnul Qayyim. Dan kecantikan batin ini akan memperindah dan menyempurnakan kecantikan lahir.
Ketaatan kepada Allah diwujudkan dalam keimanan dan mewujudkan keyakinannya ini dalam amal perbuatan, taat terhadap semua aturan yang Dia tetapkan bagi perempuan muslimah, yang cepat menyadari kekeliruan dengan bertaubat, yang rajin beribadah, berpuasa dan senantiasa menjelajah kerajaanNya, ciptaanNya dan tanda-tanda keesaanNya dan kebenaran pengaturanNya di alam semesta. Inilah cakupan yang amat menyeluruh dari sifat keislaman bagi muslimah sholihah.
Diantara ketaatan praktis kepada Allah swt yang saat ini banyak ditinggalkan perempuan muslimah adalah berbusana menutup aurat (QS an Nuur:31 dan al-Ahzab:59). Ini merupakan fitnah yang amat serius, sebab Rasulullah saw pernah menegaskan,”Orang-orang perempuan yang berpakaian tetapi seperti telanjang, meliuk-liukan badannya dan rambutnya disasak, mereka tidak akan masuk surga, juga tidak akan mencium baunya surga, padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak amat jauh.” (HR. Muslim)
1.2 Taat kepada Suami
Perempuan yang sholihah, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri 289 ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) 290 (QS. 4:34)
289: Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
290: Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
Rasulullah saw menyampaikan,”Jika seorang istri itu telah menunaikan shalat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya,dan taat kepada suaminya, maka akan dipersilakan kepadanya: masuklah ke Surga dari pintu mana yang kamu suka.” (HR Ibnu Hibban, al-Bazzar, Ahmad dan Thabrani, Albani menyatakan keshahihannya).
Pada pengajarannya yang lain, Rasulullah saw berkata,”Perempuan mana saja yang meninggalkan dunia sementara suaminya meridhainya pasti masuk Surga.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sebaliknya kedurhakaan kepada suami akan mendatangkan kutukan dari Allah, para malaikat dan segenap manusia. Cukuplah pelajaran yang terdapat pada surat at-Tahrim menjadi peringatan bagi kaum muslimah.
Diantara sikap taat para istri kepada para suami adalah meminta ijin kepada suami jika hendak keluar rumah (tidak keluar rumah kecuali dengan ijin suami), tidak meminta bercerai tanpa alasan yang dibenarkan syariah, menjaga kesopanan dan kehormatan saat keluar rumah, tidak mengeraskan suara melebihi suami, tidak membantah suaminya dalam kebenaran, dan tidak menerima tamu yang dibenci suaminya ke dalam rumah, apalagi bermesraan dengan lelaki lain.
1.3. Lembut dan Pemalu
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami” … (QS. 28:25)
Al Quran yang merupakan kalam Allah tak pernah menyampaikan sesuatu yang sia-sia. Begitu pula dengan disampaikannya sifat malu-malu pada ayat di atas, tentulah tersimpan hikmah untuk menggambarkan kemuliaan sifat perempuan.
Malu sendiri adalah bagian dari iman. Bahkan sebuah hadits pada Kumpulan 40 Hadits an-Nawawiy mengungkapkan: “Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan.” Penafsiran hadits ini paling tidak ada dua. Pertama, malu menjadi parameter apakah sebuah perbuatan layak dilakukan atau tidak. Kedua, orang yang rendah rasa malunya, akan melakukan apapun yang dia mau.
Sifat pemalu ini menunjukkan kemuliaan dan penjagaan kemuliaan dirinya. Bahkan sifat sopan dan pemalu ini dijadikan daya tarik pada bidadari, sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat berikut:
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya …(QS. 55:56)
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. (QS. 55:70-72)
1.4. Pencinta
Rasulullah saw bersabda,”Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.” (HR Muslim). Kata perhiasan terkait dengan makna keindahan. Seorang perempuan shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi suaminya. Isyarat tentang para bidadari menggambarkan keindahan dan keadaan penuh cinta pada mereka.
Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. 56:22-23)
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung 1452, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (QS. 56:35-37)
1452: Maksudnya mereka diciptakan tanpa melalui kelahiran dan menjadi gadis.
Rasulullah saw mengisyaratkan keadaan istri terbaik,”Istri yang paling baik adalah, bila suami memandang kepadanya memberikan kebahagiaan; Bila menyuruhnya, mentaatinya.; Bila sang suami bepergian, ia menjaga dirinya dan hartanya.” (HR An-Nasai dan dishahihkan oleh al-Iraqi).
Istri shalihah senantiasa menyenangkan hati suaminya dan menjaga suasana mesra tetap bersemi dalam keluarga. “Sesungguhnya apabila seorang suami menatap istrinya dan istrinya membalas pandangan (dengan penuh cinta kasih), maka Allah menatap mereka dengan pandangan kasih sayang. Dan jika sang suami membelai tangan istrinya, maka dosa mereka jatuh berguguran di sela-sela jari tangan mereka.” (HR Maisaroh bin Ali dari Abu Said bin al-Khudri).
Saat ini para suami dihadapkan pada godaan besar di sisi hubungan intim pria-wanita. Banyak perempuan yang secara sadar atau tidak telah menjadi penggoda kaum pria baik langsung ataupun tak langsung. Maka menjadi salah satu tanggung jawab mulia bagi para istri untuk membantu para suami mencurahkan cinta mereka pada sesuatu yang halal. Di sinilah makna larangan bagi para istri menolak ajakan para suami, seperti tercatat dalam pengarahan Rasulullah saw berikut ini:
“Bila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu ia menolak sehingga suaminya semalaman marah kepadanya, maka malaikat mengutuknya hingga pagi.” (Muttafaqun alaihi)
Jadi hadits ini mesti ditempatkan dalam kerangka menjaga hubungan mesra dan cinta; Bukan menempatkan perempuan dalam posisi tertekan dan terpaksa dalam menjalankan hubungan intim suami-istri.
2. Profil Ibu**
2.1. Memiliki Visi Pendidikan untuk Mengabdi kepada Allah
Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (QS. 3:35-36)
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. 46:15)
Ayat-ayat di atas mengajarkan agar para Ibu muslimah menjadikan visi terbesar pendidikan anak untuk menjadikan mereka para hamba Allah yang senantiasa berkhidmat kepada Allah swt. Kesuksesan utama orang tua dalam pendidikan anak adalah manakala mereka menjadi orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah.
Sikap syukur ini menyiratkan kebaikan-kebaikan mereka terhadap sesama manusia. Sebab syukur dalam makna yang luas berarti memanfaatkan segala kebaikan Allah swt untuk mentaatiNya. Artinya berbagai perbuatan kebajikan adalah perwujudan terima kasih kita kepada Allah. Dalam kerangka berpikir ini kita menemukan pentingnya pendidikan bagi anak, sebab pendidikan lah yang akan membuat seorang manusia memiliki karakter atau akhlak mulia.
Untuk itu seorang Ibu dituntut melengkapi wawasan dan pengetahuannya untuk mendidik anak-anak. Diantara pengetahuan mendasar bagi anak-anak adalah:
§ Dalam sisi keagamaan: tilawah Quran (serta pemahamannya pada hal-hal mendasar) dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya ra. Pengetahuan dasar keagamaan ini akan menjadi fondasi bagi kekokohan aqidah dan akhlak.
§ Dalam sisi pengetahuan dan keterampilan umum: komunikasi-berbahasa (termasuk sastra), logika-matematika, pengetahuan sejarah dan musik-bernyanyi.
2.2. Memiliki Keyakinan Kuat terhadap Janji Allah
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS. 28:7)
Dalam menghadapi berbagai tantangan jaman, seorang Ibu mesti senantiasa optimis, bahwa Allah akan menolong mereka mendidik anak-anaknya menjadi manusia berguna di masa depan. Sikap teguh Ibunda Nabi Musa sebagaimana digambarkan pada surat al-Qashash menjadi teladan utama dalam bersikap yakin akan bantuan Allah swt ini.
Ibu Musa ditakdirkan melahirkan anaknya dalam kondisi amat berat, yaitu ketika Firaun, penguasa yang amat zhalim saat itu, mengeluarkan perintah untuk membunuh anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil, karena alasan ketakutan akan runtuhnya kerajaannya. Akan Allah swt memerikan keteguhan kepada Ibu Musa dan dengan dibantu oleh kakak perempuan Musa, Ibu Musa berhasil melalui masa-masa sulit tersebut untuk melindungi dan memelihara Musa.
Kisah di atas menjadi pelajaran berharga bagi para ibu muslimah. Saat ini tantangan yang dihadapi dalam mendidik anak-anak amat besar. Kita dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mendidik anak-anak, mulai dari seleksi pendidikan yang berkualitas, tantangan finansial, tantangan lingkungan hingga tantangan pada diri kita sendiri. Untuk tantangan lingkungan, kita menyaksikan banyaknya “polusi” berita dan informasi tentang kekerasan atau tindakan a-susila baik dalam bentuk tulisan ataupun tayangan-tayangan audio visual.
Dalam kondisi ini peran para Ibu amatlah besar untuk menjaga anak-anak agar tumbuh pada fitrah kesuciannya. Modal paling besar bagi para Ibu adalah kedekatan dengan Allah swt, memahami pengarahan (taujih) dan pengajaran dari Allah swt melalui al-Quran dan sunnah NabiNya. Untuk itu para Ibu hendaknya senantiasa mengadakan pengkajian yang mendalam terhadap dua sumber utama ajaran Islam ini
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. 33:34)
2.3. Penuh Suka Cita dalam Mendidik
Dan berkatalah istri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa’at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedangkan mereka tiada menyadari. (QS. 28:9)
Sikap kasih sayang kepada anak-anak adalah fitrah yang Allah berikan kepada para Ibu untuk mendidik anak-anak mereka. Selama fitrah ini terjaga baik, seorang Ibu akan menjadikan perhatian pada anak sebagai perhatian terbesar dalam hidupnya. Kisah jatuh cintanya Asiyah istri Firaun kepada bayi Musa diabadikan al Quran untuk menggambarkan fitrah ini. Padahal Musa bukanlah anak kandungnya sendiri. Hendaknya sikap kasih sayang ini terus menyertai proses pendidikan anak.
Satu tantangan yang dihadapi para Ibu masa kini adalah tarikan untuk berkarir dan mencari penghasilan yang besar. Tarikan ini terjadi karena struktur sosial-ekonomi-masyarakat yang “memaksa” sebagian ibu-ibu untuk bekerja mencari nafkah. Padahal di dalam ajaran Islam, kewajiban mencari nafkah ini ada pada pundak para bapak. Motivasi lain adalah karena adanya kelemahan pola hubungan suami-istri. Sebagian istri merasa khawatir dirinya direndahkan oleh suami apabila tidak memiliki penghasilan sendiri. Tentu saja kondisi ini pun tidak seharusnya terjadi dalam keluarga muslim, sebab ajaran Islam telah memerintahkan para suami untuk bersikap kasih sayang dan adil dalam memimpin rumah tangga. Yang patut diwaspadai adalah ketika kaum perempuan justru sangat menikmati karirnya, sehingga meletakkan masalah pendidikan dan kasih sayang kepada anak pada prioritas ke sekian dibandingkan karirnya. Bahkan misalnya pada sebagian kalangan perempuan ada pandangan bahwa memiliki anak itu akan mengganggu karir mereka.
3. Profil Sahabat (Mitra)
3.1. Pencari Kebenaran
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat 1462. (QS. 58:1)
1462: Sebab turunnya ayat ini adalah berhubungan dengan persoalan seorang wanita yang bernama Khaulah binti Tsa’labah yang telah didzihar oleh suaminya Aus bin Shamit, yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: “Kamu bagiku sudah seperti punggung ibuku”, dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliyah kalimat seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. Dan pada riwayat yang lain, Rasulullah saw mengatakan: “Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia”. Lalu Khaulah berkata: “Suamiku belum menyebut kata-kata thalak”. Kemudian Khaulah berulang-ulang mendesak Rasulullah saw agar menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.
Seorang muslimah hendaklah terus bersemangat mencari dan menegakkan kebenaran sebagaimana ditunjukkan pada contoh sahabiyah Khaulah binti Tsalabah ini. Dengan demikian ia akan menjadi partner diskusi yang handal bagi suaminya.
3.2. Memiliki Kriteria Tepat tentang Pendamping Hidup
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. 28:26)
Menilik ayat di atas, sepertinya karakter ini berlaku bagi mereka yang belum menikah. Ayat di atas mengungkapkan kalimat putri seorang yang sholih di negeri Madyan, negeri tempat Musa muda melarikan diri dari kejaran Firaun. Sebagian penafsir mengatakan orang sholih ini adalah Nabi Syu’aib as. Begitulah gambaran seorang gadis yang cerdas dan sholihah menginterpretasikan sifat baik seorang pemuda. Ia tempatkan gejolak curahan hatinya mencari pasangan hidup, sekaligus melindungi posisinya dari kemestiannya bekerja dengan saudara perempuannya, karena sang ayah telah lanjut usia. Sang ayah pun memahami rahasia yang disembunyikan anak gadisnya. Setelah berbincang dengan Musa, ia menawari Musa untuk bekerja di tempatnya, dan ia berjanji akan menikahkan Musa dengan putrinya (kisah ini ada pada rangkaian ayat di atas, sebelum dan sesudahnya)
Akan tetapi bagi para muslimah yang telah menikah pun kisah di atas mengungkap pelajaran berharga. Perhatikanlah, perempuan sholihah meletakkan parameter lahir dan batin secara seimbang dalam berinteraksi dengan pasangan hidupnya. Maka semestinya apresiasi seorang istri kepada pasangannya pun selalu seimbang diantara sisi fisik dan psikis. Dalam kehidupan berumah tangga ini dapat diterjemahkan dalam bentuk perhatian pada pola makanan, pola istirahat, olah raga dan juga pada pola pendidikan serta pola ibadah ritual yang senantiasa mewarnai kehidupan suami-istri. Semakin panjang usia pernikahan, semakin terasa kebutuhan untuk saling mengingatkan dalam menjaga kondisi prima fisik dan psikis.
3.3. Kesetaraan di Hadapan Allah
Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam”. (QS. 27:44)
Ketika Ratu Balqis telah menyaksikan kerajaan besar yang Allah karuniakan kepada Nabi Sulaiman as dan mengetahui siapakah yang benar-benar harus disembah di muka bumi ini, sadarlah ia bahwa ternyata perbuatannya dan kaumnya (di antaranya menyembah matahari) adalah perbuatan yang zhalim. Akan tetapi perhatikanlah, Ratu Bilqis tidak pernah menyatakan ketundukan kepada Sulaiman. Yang ia ucapkan adalah bahwa ia bersama Sulaiman tunduk patuh, berserah diri kepada Allah swt.
Dari ayat ini kita mendapatkan taujih Rabbani (pengarahan Ilahi), bahwa kedudukan kaum perempuan dan kaum lelaki di hadapan Allah swt itu sama, yaitu sebagai hamba. Islam telah memuliakan kedudukan kaum perempuan. Untuk itu kaum muslimah hendaknya senantiasa menjaga kemuliaan ini dan bahu-membahu bersama para suami mereka dalam menegakkan kebenaran.
3.4. Berkontribusi Aktif dalam Kerja Sosial dan Da’wah
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min 1219, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35)
1219: Yang dimaksud dengan “orang muslim” di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud “orang yang mu’min” di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.
Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain 259. (QS. 3:195)
Sebab turunnya dua ayat di atas terkait langsung dengan kehidupan para muslimah di masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Ayat pada surat al Ahzab turun karena adanya ucapan Ummu ‘Imarah al-Anshari kepada Rasulullah saw,”Kami menyaksikan segala sesuatu (terkait ajaran Islam) hanya bagi lelaki dan kami tidak melihat kaum perempuan disebut-sebut.” (diriwayatkan at-Tirmidzi melalui Ikrimah). Atau melalui Ibnu ‘Abbas diriwayatkan bahwa para muslimah berkata kepada Nabi saw,”Ya Rasulullah, mengapa hanya disebutkan kaum beriman lelaki dan tidak disebutkan kaum beriman perempuan?” (diriwayatkan ath-Thabrani). Sedangkan pada riwayat lain dikabarkan bahwa para muslimah menanyakan mengapa hanya para istri Nabi yang disebutkan. Mereka berkata,”Kalaulah pada kami ada kebaikan, tentu kami disebutkan.” Maka Allah swt menurunkan ayat di atas. (diriwayatkan Ibnu Sa’ad dari Qatadah)
Adapun untuk ayat pada akhir surat Ali ‘Imran, diriwayatkan bahwa Ummu Salamah berkata,”Ya Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan dalam peristiwa Hijrah sedikitpun.” Maka Allah swt menurunkan ayat tersebut. (diriwayatkan oleh Abdur Razaq, Said bin Manshur, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Abi Hatim).
Setelah kita ketahui konteks sosial sebab turunnya, ayat-ayat di atas semakin meneguhkan adanya peran sosial dan da’wah yang penting dari kaum perempuan sejak masa pertama turunnya ajaran Islam. Ini berlaku bagi semua perempuan. Mereka tidak kalah dengan kaum lelaki dalam melakukan seluruh aktifitas kehidupan, mulai yang sifatnya ibadah ritual hingga aktifitas sosial dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat.

Jumat, 08 Oktober 2010

hari yang dijanjikan dan keindahan surgaNya

"Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak
pula kamu bersedih hati.

(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka
dahulu orang-orang yang berserah diri

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan."
Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya."

Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang
dahulu kamu kerjakan.

Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya
kamu makan." (Az-Zukhruf : 68 – 73)



Firman Allah Tabaraka wa Ta'ala, "Hai hamba – hamba-Ku, tiada kekhawatiran
terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati." Kemudian Allah
menyampaikan berita gembira buat mereka, firman-Nya, "(Yaitu) ) orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang
berserah diri." Yaitu beriman hati dan batin mereka, serta patuh kepada
syariat Allah seluruh anggota tubuh dan lahir mereka. Al-Mu'tamir bin
Sulaiman meriwayatkan dari ayahnya, "Apabila Hari Kiamat telah tiba, maka di
saat semua orang dibangkitkan tak seorang pun dari mereka melainkan merasa
sangat takut. Nah, ketika itulah terdengar seruan mengumumkan, "Hai
hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula
kamu bersedih hati". Sehingga semua orang pun mengharapkannya, lalu seruan
pun dilanjutkan, "(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan
adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri".



Maka, orang – orang jadi kecewa kecuali orang – orang yang beriman. "Masuklah
kamu ke dalam surga." Dikatakan kepada mereka, Masuklah kamu ke dalam surga!
"kamu dan isteri-isteri kamu," yakni pasangan – pasangan kamu. "
Digembirakanlah." Dibuat senang dan bahagia. Telah dijelaskan penafsirannya
sebelumnya pada surat Ar-Rum. "Diedarkan kepada mereka piring-piring dari
emas," yaitu wadah – wadah  makanan, "dan piala-piala," yaitu wadah – wadah
tempat minum dari emas yang tidak mempunyai belalai dan penutup. "Dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap
(dipandang) mata." Maksudnya, sedap rasa dan harum aromanya serta bagus
tampilannya.



Abdurrazaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda, "Penghuni surga yang paling rendah tempat tinggal dan
derajatnya yaitu orang yang tak akan masuk surga lagi sesudahnya seorang
pun, diluaskan pandangannya dalam jarak seratus tahun perjalanan, dalam
istana – istana dari emas dan kemah – kemah dari mutiara. Tidak ada padanya
tempat selebar satu jengkal pun melainkan diisi dan ditempatkan sebanyak
tujuh puluh ribu piring dari emas, yang tiada satu piring darinya melainkan
memiliki warna yang tidak terdapat pada yang lain sepertinya. Seleranya pada
yang terakhir sama dengan seleranya pada yang pertama. Seandainya diturunkan
kepada seluruh penghuni bumi, pasti akan cukup buat mereka dari apa yang
diberikan itu tidak berkurang sedikit pun dari apa yang didatangkan."



Firman Allah Ta'ala, "Dan kamu di dalamnya," yakni surga, "kekal" tidak akan
keluar dan tidak ada keinginan untuk berpindah darinya. Kemudian dikatakan
kepada mereka, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan
amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." Yakni berbagai amal – amal saleh kamu
yang telah menjadi sebab meratanya rahmat Allah kepada kamu. Sebab, amal
seseorang itu tak akan dapat memasukkanya ke surga, tapi rahmat dan karunia
Allah Ta'ala jualah yang memasukkannya. Berbagai amal saleh hanya akan
menentukan berbagai perbedaan derajat dan tingkatan.



Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata,
"Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Setiap penghuni neraka
melihat tempatnya di surga sehingga hal itu menjadi penyesalan baginya. Ia
berkata, "Seandainya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk
orang – orang yang bertakwa." Begitu pula setiap penghuni surga melihat
tempatnya di neraka, maka ia berucap, 'Dan kami sekali – sekali tidak akan
mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk," sehingga hal itu
menjadi kesyukuran baginya."



Selanjutnya firman Allah Ta'ala, "Di dalam surga itu ada buah – buahan yang
banyak untukmu," dari segala jenisnya, "yang sebagiannya kamu makan," apa
pun yang kamu pilih dan kamu inginkan. Setelah menyebutkan makanan dan
minuman, Allah pun mengiringinya dengan menyebut buah – buahan, supaya
lengkaplah nikmat dan kesenangan.

Kamis, 07 Oktober 2010

proses pertumbuhan sel kanker

kanker merupakan penyakit yang ditimbulkan dari perubahan atau kelainan pada sel. Dalam tubuh manusia yang normal, sel diatur oleh protoonkogen yang menghasilkan produk-produk yang memegang peran penting dalam berbagai aspek proliferasi atau pertumbuhan dan differensiasi sel. Tetapi, pertumbuhan sel juga dikendalikan secara ketat atau dihambatoleh antionkogen atau gen supresor, termasuk oleh mekanisme kematian sel terprogram atau apoptosis dengan tujuan menyingkirkan sel-sel yang tidak dikehendaki.
Dengan adanya mekanisme kontrol pertumbuhan ini, sel-sel normal memiliki stabilitas genetik yang sangat tinggi, tapi kecepatan proliferasi atau pertumbuhan sel umumnya tidak melebii 10 % dari jumlah sel, tergantung pada jenis sel dan jaringannya.
Pertumbuhan sel terjadi dengan cara mitosis atau pembelahan atau pembiakan sel. Semua bagian sel mulai dari selaput sel hingga inti sel ikut berperan pada proses pembelahan sel. Tetapi gen di dalam DNA merupakan faktor yang paling berperan dalam menimbulkan mitosis dan proliferasi sel. Gen pengatur dan gen pengendali mengatur keseimbangan pertumbuhan dan penghambatan sel. Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan tumbuh sesuai kendali pertumbuhan normal.
Sel kanker timbul dari sel normal tubuh manusia yang mengalami transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh karsinogen kemudian termutasi secara spontan. Karsinogen adalah segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kanker. Sedangkan proses pembentukan tumor ganas atau kanker disebut karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan proses yang berjalan dalam berbagai tahap atau proses multistep. Karsinogen menimbulkan perubahan pada DNA yang satuan terkecilnya adalah gen. Lebih seringnya lebih dari satu karsinogen diperlukan untuk terjadinya perubahan dari sel normal menjadi sel kanker.
Dari adanya kontak dengan karsinogen sampai timbulnya sel kanker memerlukan waktu induksi yang cukup lama. Terdapat masa laten yang tidak menunjukan gejala klinis sebelum menjadi progresif, terjadi invasi ke jaringan sekitarnya dan menyebar ke tempat yang jauh.

teladan wanita - wanita tangguh

"Jika bumi masih bisa kuat dan tahan menampung orang dan semua tingkah mereka yang ada di dalamnya. Mengapa harus lemah untuk menghadapi hidup dan memberikan yang terbaik dari apa yang aku bisa"

Tidak. Badan mereka tidak menggunakan parfum. Tapi wangi keringat terasa menyegarkan nurani yang ingin mengambil pelajaran hidup darinya. Bahwa hidup bukan untuk orang-orang cengeng. Bukan pula untuk orang yang lebih senang mengeluh berharap simpati daripada menutup mulut dan terus bekerja.

Tidak. Mereka tidak mengenakan kebaya hari ini. Mereka hanya menyelempangkan selendang dan menyingsingkan lengan baju. Bahwa hari ini mereka harus mulai lagi bekerja keras. Tidak ada yang istimewa. Sebagaimana keseharian mereka. Tidak bekerja berarti mereka tidak makan.

Tidak. Mereka tidak lupa bahwa hari ini adalah Hari Kartini. Hari untuk memperingati perjuangan pendekar kaum wanita Indonesia. Tapi jangan tanya bagaimana mereka harus mengenalnya. Yang mereka tahu, Kartini itu adalah contoh kaum perempuan yang  memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri. Titik.

***

Seperti Ibu Sarimah, usianya sudah 60 tahun. Di usianya yang senja, ia hidup sendirian. Anaknya cuma satu yang tinggal di Palembang. Selebihnya jauh merantau. Sekali dalam sebulan datang mengantarkan sedikit uang untuk membayar listrik dan keperluan lain.  Sehari-hari, untuk menutupi kebutuhan makannya, ia berkeliling menjual sayuran. "Sejak suami meninggal, aku tinggal di rumah sendirian. Dari jualan sayur itu, saya masih bisa menabung. Andai tidak ada yang berhutang hari itu, mungkin penghasilanku bisa 15 - 20 ribu", ungkapnya.

Dari uang itulah yang bisa ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Setiap hari ia menjajakan dagangannya dari lorong ke lorong, sejak pukul 7 pagi hingga pukul 10.

"Aku hanya tak ingin merepotkan anak-anakku. Karena mereka sendiri sudah repot dengan kehidupannya masing-masing. Selagi aku bisa menghidupi diriku sendiri, maka aku akan berusaha. Tidak tahu apakah untung atau rugi, tapi yang pasti kalau makan mau bersayur atau berlauk, tidak harus keluar uang lagi. Itu kalau jualannya tidak habis hari itu". Memang, kadang-kadang jualanan si ibu tidak habis, kadang pula sakit tua tiba-tiba datang, sehingga membuat dia yang lemah pun bertambah lemah. Untuk itulah ia mendaftarkan diri sebagai member LKC dan telah merasakan manfaatnya.

***

Ada juga Ibu Nurbaiti (46) yang masih setia menjalani hidup sebagai penjual mainan dan makanan anak-anak lebih dari 10 tahun lamanya. Ia berusaha sendiri untuk menghidupi ketiga anaknya setelah suaminya meninggal. Tiap paginya, ia harus mendorong gerobak barang dagangan hingga ke satu SD ditemani anaknya yang sekarang duduk di kelas 6.

Berjualan mainan, menunggu anak-anak sekolah membeli dan pulang jam 12-an. Pulang ke rumah hanya untuk shalat dan makan. Setelah itu berlanjut untuk bantu-bantu di rumah orang;  mencuci, setrika pakaian dan lain-lain. "Awal jualan hanya ikut mertua, dan tidak terasa sudah 10 tahun saya menjalaninya. Alhamdulillah, ditambah mengambil upahan, saya bisa menghidupi keluarga, tanpa almarhum suami," ujarnya tegar. Ia mengaku terinspirasi dari kehidupan mertuanya, yang mempu menghidupi ketiga anaknya (iparnya) sampai berhasil, hanya dari jualan mainan. Cita-citanya, tiga orang anaknya bisa berhasil dalam hidupnya.

***

Perjuangan tidak selalu harus ada di luar rumah. Tapi mereka pun masih bisa berbuat dari dalam  rumah. Asal tetap dapat memberikan manfaat.

Tapsiah (43), masih merasa beruntung bisa menekuni pekerjaan sebagai penjahit sarung bantal. Dari pekerjaannya ini, ia bisa menghidupi sembilan orang anaknya dengan dibantu suaminya. Selain harus membuat sarung bantal tiap harinya, ibu Tapsiah juga masih harus menjaga anak bayinya yang masih berusia 6 bulan. Tidak hanya menjahit pesanan, tetapi juga untuk dijual sendiri. "Kami dak nak neko-neko, alhamdulillah anak-anak juga begitu."  Dan berharap anak-anaknya bisa hidup layak. "

Anak kami memang banyak. Dan kami yakin itu adalah rizki yang Allah berikan kepada kami. Sesekali memang ada yang bertanya, 'Banyak amat anakmu, emang sanggup memelihara semuanya?' Saya Cuma tersenyum, 'Ya. Yakin saja', "tuturnya. Dan katanya, biasanya mereka langsung diam, tidak melanjutkan omongan. Tidak tahu, apakah mereka mengerti dengan jawabannya atau tidak. "Toh, saya yang menjalani bukan mereka", ujarnya tersenyum.

Tak mau kalah dengan ibu-ibu yang lain. Ibu yang satu ini pun memiliki mimpi menjadi wirausaha muslim dalam bidang konveksi. Karena itu dia mewujudkan mimpinya dengan menerima pesanan jahit dan mencari peluang usaha - beliau mau membuka kursus jahit. Tri Muhani (35) adalah contoh wanita mandiri yang tak ingin berdiam saja. Dari mula-mula hanya terlontar niat saja, saat ini Tri sudah memiliki usaha jahit sendiri dan pelanggan setianya. "Sempat ketika saya sakit cukup lama - karena kecapekan dan keguguran anak ke empat , saya kembalikan upahan jahit dari pelanggan. Maksudnya, biar mereka mengupah dengan orang lain saja," tuturnya. Ternyata, begitu tahu Tri  sudah sehat lagi, mereka justru datang dengan membawa jahitan yang lama. Ketika ia tanya, kenapa tidak menjahit di luar saja. "Mereka malah menjawab upah menjahit saya lebih murah dibanding penjahit  yang lain. Lagian kalau dengan saya, bila hasil jahit saya ada kurangnya, mereka boleh meminta perbaiki tanpa ada biayanya lagi", ujar salah seorang penerima bantuan modal usaha dari DSIM ini tersenyum.

***

Sosok Kartini sejati sebenarnya banyak kita temui di sekitar kita. Namun, bagus kain kebaya yang digunakan, senyum manis dan aroma wangi yang menyeruak menutup pandangan nurani kita tentang makna Kartini sebenarnya. Kita telah terpakem, bahwa Hari Kartini ditandai dengan penggunaan kebaya. Tidak hanya di lomba-lomba saja. Coba tengok di kantor pemerintahan dan swasta yang melayani kepentingan publik. Semua sibuk memoles muka dengan aneka make-up, mengenakan kebaya terbaik bermanik-manik dan lenggok yang dibuat seanggun mungkin.

Kita lupa dengan nilai Kartini itu sendiri. Kemandirian. Ya, Kartini mengisyaratkan wanita Indonesia adalah wanita yang mandiri di atas kaki sendiri. Seorang istri tangguh yang berdiri di belakang suami memberikan dorongan. Seorang wanita yang tak ingin melewatkan hari tuanya hanya dengan berteman keluh atas penyakit yang dideritanya. Seperti halnya Ibu Sarimah di atas, wajahnya terlihat lebih tua dibanding umurnya. Ia sering mengikuti kegiatan mengaji dalam kelompok pengajian LKC. "Aku mau sehat, Nak, karena aku pengen belajar ngaji."
  
Sedangkan tiga wanita lainnya penerima manfaat dari Madrasah Umat DSIM berupa bantuan modal usaha kecil. Bantuannya memang tak besar, namun cukup untuk membuat mereka bertahan. Buat mereka, adanya perhatian, sekecil apapun itu, menjadi modal kedua setelah modal utama. Apalagi bantuan tersebut dicicil seringan-ringannya dan tanpa bunga sama sekali.
  
Merekalah satu dari sekian contoh wanita tangguh dan tak berhenti senantiasa berusaha. Memang sebagian besar dari mereka dibesarkan oleh kondisi yang tak ideal. Mereka tangguh karena ditempa oleh keterpaksaaan keadaan. Mereka tak mau hanya berdiam diri menunggu. Merekalah yang sebenarnya layak disebut Kartini masa kini. Karena mereka menjalani, tak sekedar memperingati.
  
Jika dahulu Kartini dikenal sebagai wanita yang melawan dari kungkungan keluarga; yang dulu  wanita itu identik dengan masalah dapur dan keluarga. Tak boleh mengenyam pendidikan tinggi. Tapi tidak untuk saat ini, wanita boleh mendapatkan pendidikan tinggi setinggi-tingginya, dan berkarir sehebat-hebatnya namun tetap dengan niat karena Allah dan berkerja bersama suami untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.
  
Kartini masa kini yang tidak bisa berdiam diri, mencari usaha untuk membantu suami dan mendidik anak-anak agar mereka berbakti, tak akan melepas mereka dari jati diri mereka sebagai wanita sejati. Wanita tangguh itu bukan hanya dengan bekerja di kantor dan duduk, tetapi juga mereka yang harus rela berjalan kaki menantang terik untuk bisa berkontribusi.
  
Mereka yang terus berjuang tanpa pamrih, dan tanpa puji orang yang melihatnya. Kadang kala mereka hanya dianggap biasa atau bahkan pekerjaan yang mereka lakukan hanya dipandang sebelah mata. Tapi mereka merupakan pahlawan keluarga yang ditunggu kedatangannya.
  
Mereka bukanlah kebanyakan perempuan yang berkoar-koar meminta persamaan emansipasi.  Tapi lupa menghargai kodrat sendiri. Bahwa, ada imam dalam rumah tangga kita, yakni suami. "Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan (suami)-nya jika ia melihatnya, mentaati (suami)-nya jika ia memerintahnya dan ia tidak menyelisihi (suami)-nya dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya." (HR. Ahmad)
  
Karena itu, wanita harus memiliki batasan sendiri dalam bertindak. Walaupun wanita bisa berusaha mencari penghasilan, itu tidak lain hanya untuk membantu suami dan menambah wawasan dalam kehidupan rumah tangga. Bukan berarti mereka yang bekerja di kantoran itu tidak hebat. Tetapi wanita hebat jika anak-anak yang mereka  lahirkan bisa mereka didik dengan baik dan manjadi hebat pula. Sebagaimana ungkapan, baiknya negara dilihat dari baiknya wanita di negara itu.